Jumat, 06 Mei 2011

Anak Tunggal yang Hilang

“Langit! Di mana kamu, nak?”. Minggu pagi yang hening itu terpecahkan oleh suara ibu dari Langit. Anak satu-satunya itu tidak ada di rumah, kemudian Sang Ibu mencoba menghubungi teman Langit yang bernama Rafi, tapi usaha itu sia-sia. Ternyata Langit tidak ada di sana, Ibu Langit segera memberitahu Sang Ayah akan hilangnya Langit, dan langsung melapor kepada polisi. Di sisi lain, Rafi pun terheran-heran atas kabar tersebut, ia segera menghubungi kekasih dari Langit yang bernama Nurul.
Anggota polisi yang bertugas menyelidiki informasi tentang keberadaan Langit bernama Norman Kamaru. Bapak Norman memulai dengan keluarga terdekat Langit. Bapak Norman bertanya kepada ayah dan ibu Langit, kejadian apa yang terjadi semalam sehingga Langit kabur dari rumahnya. Ternyata, malam itu terjadi pertengkaran hebat antara ayah dan ibu Langit karena ayah Langit ketahuan berselingkuh dengan asistennya. Bapak Norman berbisik dalam hati ,”Sepertinya ini penyebab Langit kabur dari rumah, tetapi saya rasa bukan hanya ini. Mungkin Langit sudah lama memendam sesuatu dalam hatinya. Saya harus cari tahu lagi!”. Ibu Langit menyarankan agar Bapak Norman mengunjungi rumah Rafi. Dan keesokan harinya, Bapak Norman bergegas menuju rumah Rafi. Saat ditanya, Rafi berkata kepada Bapak Norman ,”Akhir-akhir ini, Langit sering menginap di rumah saya. Langit bercerita kepada saya bahwa dia sudah tidak betah lagi tinggal di rumah orang tuanya. Dia memang anak satu-satunya dari pengusaha kaya yang terkenal di kota ini, tetapi hidupnya tidak seberuntung yang dibayangkan orang lain. Orang tuanya selalu mengacuhkan dirinya. Ayahnya selalu sibuk di kantor, sedangkan ibunya selalu punya urusan sendiri seperti arisan, ke salon, dan acara lainnya. Langit selalu ditinggal di rumah hanya bersama pembantu dan supirnya. Tidak heran kalau Langit selalu merasa tertekan ketika di rumah”. “Semuanya sudah semakin jelas.”, Bapak Norman berkata di dalam hati. Setelah dari rumah Rafi, pencarian selanjutnya ke rumah kekasih dari Langit, Nurul. Sesampainya di rumah Nurul, Bapak Norman bertanya lagi apa yang mungkin membuat Langit kabur dari rumahnya. Nurul menjawab ,”Selain orang tuanya yang kurang memperhatikan Langit, ia juga merasa tertekan atas pertengkaran ayah dan ibunya yang terjadi tadi malam karena ayahnya yang ketahuan berselingkuh dengan asistennya.”. Sekarang, Bapak Norman mulai sedikit curiga terhadap Nurul, bagaimana Nurul bisa mengetahui pertengkaran anatara orang tua langit. Karena Nurul belum sempat bertemu dengan orang tua Langit, terlebih lagi dengan Langit.
Setelah Bapak Norman pulang, Nurul bergegas ke sekolahnya untuk menemui seseorang. Dan saat Nurul tiba di depan pintu gerbang sekolah, ia bertemu dengan sesosok laki-laki muda dengan postur tubuh tinggi, berparas tampan, dan berkulit putih yang tidak lain adalah Langit. Ternyata Nurul lah yang selama ini membantu Langit untuk kabur dari rumah. “Bagaimana keadaan kamu, Langit? Orang-orang di rumah kamu khawatir banget sama kamu lho! Tadi aja, polisi dateng ke rumah aku untuk mencari informasi tentang kamu. Apa kamu masih mau bersembunyi kayak gini?”, tanya Nurul. “Keadaan aku baik-baik aja kok. Tumben sekali mereka khawatir sama aku. Kenapa mereka gak ngerjain urusan mereka sendiri aja? Ketimbang ngurusin aku yang gak ada penting-pentingnya di mata mereka? Aku udah gak tahan kalo harus tinggal di sana. Aku gak butuh uang, aku gak butuh materi dari mereka! Yang aku mau cuma perhatian dan kasih sayang dari mereka, itu aja. Tapi sayangnya mereka gak mau ngerti, terpaksa aku ambil keputusan ini.”, jawab Langit. “Eh, kok kamu ngomongnya gitu sih?! Mereka itu orang tua kamu, pasti sebenernya mereka sayang kok sama kamu. Aku ngerti kalo harus di posisi kamu, tapi tindakan kamu yang satu ini udah terlalu nekat! Sampe kapan kamu bisa bertahan? Kalo misalkan keberadaan kamu diketahui sama polisi, pasti aku juga terseret bahkan bisa masuk ke penjara karena udah dianggap menculik kamu! Kamu tega sama aku? Kamu tega sama orang tua kamu? Ngga kan? Yasudahlah, aku capek berdebat sama kamu. Sebaiknya kamu merenung lagi Langit, pertimbangkan semuanya sebelum terlambat!”, balas Nurul. Di sana Langit hanya bisa terdiam dan merenungkan apa yang Nurul katakan padanya tadi. Sekarang ini Langit nge-kost di tempat salah satu kenalan Nurul. “Tapi aku sudah bertekad bulat untuk mengambil keputusan ini!”, Langit berkata dalam hati.
“Sudah seminggu Langit pergi dari rumah, tapi dia belum pulang juga. Gimana ya, Yah? Ibu khawatir sekali sama Langit”, tanya Ibu dari Langit yang sekarang terkapar lemah di rumah sakit karena akhir-akhir ini ia tidak mau makan karena sangat khawatir terhadap Langit. Ayah menjawab, “Ibu tenang ya. Ini sudah urusan ayah untuk mencari di mana Langit. Kita sekarang hanya bisa berdoa kepada Allah supaya anak kita satu-satunya bisa segera ditemukan.”. Ayah dari Langit menelepon Bapak Norman. “Halo Bapak Norman, apakah sudah ada perkembangan tentang pencarian Langit?”, tanya Ayah. “Sudah ada, Pak. Saya sudah dapat mengetahui siapa yang turut bersalah dalam kasus ini, tetapi saya tidak dapat mengatakan sekarang karena saya belum tahu pasti.”, jawab Bapak Norman. Ayah membalas, “Baiklah kalau begitu. Saya tunggu informasi terbaru dari Bapak. Terima kasih.”.
Esok harinya, Nurul kembali menemui Langit di tempat yang sama, pintu gerbang sekolah. Ternyata dari pagi tadi, Bapak Norman sudah bersiap di depan rumah Nurul karena ia sangat curiga kepada Nurul. Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti Nurul, siapa tahu bisa menjadi petunjuk baru. Nurul akhirnya sampai dan di sana sudah ada Langit yang menunggunya. “Gimana? Sudah kamu pertimbangkan lagi perkataanku itu?”, tanya Nurul. “Tapi, aku sudah bertekad. Aku gak mau kalo harus balik lagi ke rumah itu! Maafin aku Nurul...”. “Ok! Kalo kamu memang sudah mengambil keputusan, aku hargai kamu. Aku juga ga bisa apa-apa.”, jawab Nurul dengan kecewa. “Ternyata benar dugaan saya selama ini, bahwa Nurul lah yang telah membantu menyembunyikan Langit!”, bisik Bapak Norman. Saat itu Bapak Norman sudah menghubungi personil kepolisian yang lain serta orang tua Langit. Setelah semua telah sampai di tempat, polisi langsung mencerca Nurul untuk berkata jujur dan memberitahu keberadaan Langit. Setelah Nurul memberitahu keberadaan Langit, merekapun pergi menuju ke tempat kost Langit. Akhirnya Langit dibawa ke rumah orang tuanya. Sesampainya di rumah, Langit melihat ibunya terkapar lemah di tempat tidur. “Ibu! Ibu kenapa? Maafkan Langit, Langit sudah membuat ibu khawatir dan akhirnya sakit seperti ini. Tapi sekarang Langit sudah pulang, Bu. Ibu lekas sembuh.”, kata Langit sambil menangis dan memeluk ibunya. “Iya, Nak. Ibu maafkan kamu, tetapi kamu harus janji agar jangan meninggalkan ibu seperti ini dan membuat ibu khawatir lagi ya, Nak. Ibu sayang sekali sama kamu.”, balas ibu sambil mencium dahi Langit. “Iya, Bu. Langit janji. Ibu janji juga sama Langit, ibu akan selalu memperhatikan Langit. Langit juga sayang sama ibu.”, kata Langit. “Nah, Langit! Sekarang saatnya kamu menjelaskan mengapa kamu kabur dari rumah.”, tanya Ayah yang setengah kesal menghadapi anaknya. Langit menjawab dengan sedikit ketakutan, “Begini sebenarnya, Yah. Malam itu Langit mendengarkan pertengkaran Ibu dengan Ayah, dan malam itu menjadi puncak kejenuhan Langit di rumah ini. Langit merasa, Langit tidak pernah diperhatikan dan disayang oleh ibu dan ayah Langit sendiri. Ayah hanya berpikir tentang kantor, kantor, dan kantor. Sedangkan ibu, hanya berpikir tentang penampilan dan urusannya bersama teman-teman. Pernahkah ayah dan ibu berpikir apakah Langit bahagia hanya karena semua materi yang kalian berikan? Kalau soal materi, Langit memang sangat berkecukupan. Tetapi kalau tentang kasih sayang dan perhatian, Langit tak pernah dapatkan itu dari ayah dan ibu. Maka dari itu Langit memutuskan untuk pergi dari rumah mencari kebahagiaan Langit sendiri.”. “Tapi, Ayah kira selama ini kamu bahagia dengan apa yang ayah dan ibu berikan kepada mu, Nak.”, balas Ayah. “Tidak, Yah. Tidak sama sekali!”, bantah Langit. “Baiklah, ayah mengerti maksud kamu. Maafkan ayah ya, Nak. Yang ayah lakukan itu sebenarnya hanya untuk membuatmu bahagia. Ayah janji, ayah akan lebih memperhatikan kamu. Tapi kamu juga janji sama Ayah, kamu jangan melakukan hal ini ya, Nak.”. “Iya, Yah. Maafkan Langit juga ya, Ayah.”, Langit menangis dan memeluk ayahnya. Akhirnya mereka menjadi satu keluarga yang utuh lagi.
Kemudian, Langit teringat akan Nurul. Ia khawatir terjadi apa-apa dengan Nurul, dan ia memutuskan untuk menghubungi Nurul. “Tuut.. tuut... tuut...”. “Kenapa handphonenya nggak aktif ya? Coba sekali lagi.”, Langit keheranan. “Tuut.. tuut.. tuuut”. “Sama aja! Wah, kayaknya ada apa-apa sama Nurul, nih!”, Langit mulai curiga. Langit bergegas ke kantor polisi. Setiba di kantor polisi, ternyata dugaan Langit benar kalau Nurul ditahan oleh polisi. “Pak, ada apa ini? Kenapa Nurul ditahan?”, tanya Langit. “Begini, Nurul diduga telah terlibat atas kaburnya kamu. Ini termasuk tindak kriminal.”, jawab Bapak Norman. “Ya sudah, sekarang saya ingin bertemu dengan Nurul.”. “Baik, tunggu sebentar.”, balas Bapak Norman. Langit pun dapat bertemu dengan Nurul. “Gimana keadaan kamu?”, tanya Langit. “Ini akibat dari kenekatan kamu, Langit!”, jawab Nurul dengan kesal. “Maafin aku, Nurul. Aku janji aku bakal ngebebasin kamu dari sini dan mencari bukti kalau kamu tidak bersalah”, jawab langit dengan menyesal. “Terserah kamu saja”, jawab Nurul. Langit merasa semakin bersalah, karena apa yang ia lakukan, telah merugikan orang lain. Akhirnya, hari persidangan Nurul pun tiba. Dan hasilnya, Nurul bisa bebas karena terbukti tidak bersalah. “Terima kasih Langit.”, ucap Nurul kepada Langit. “Iya sama-sama. Kamu mau gak maafin aku?”, pintanya. “Sebenernya aku masih marah sama kamu. Tapi ya udahlah, gak ada gunanya juga aku marah sama kamu. Hehehe”, balas Nurul. “Asyiik!”, teriak Langit. “Ya Allah, terima kasih atas rizki yang telah Engkau berikan padaku. Sekarang hamba sadar, ternyata orang-orang di sekitar hamba sangat sayang pada hamba.”, ucap Langit dalam doanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar